Mesjid Merah Panjunan - Cirebon



Bukti-bukti sejarah yang menunjukkan kebesaran masa lalu Cirebon memang belum banyak dikenal orang. Setidaknya bagi mereka yang berasal dari luar kota Cirebon. Padahal, di situ terdapat peninggalan yang menghubungkan Kota Udang masa lalu, sebagai salah satu kerajaan Islam terbesar di Indonesia. Yaitu adanya tiga buah keraton: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan, beserta peninggalan masjid-masjid tuanya.

Peninggalan-peninggalan tersebut dulunya adalah tempat awal-awal penyebaran Islam. Dan, salah satu masjid kuno yang paling terkenal di Cirebon ialah Masjid Agung Sang Cipta Rasa, di Alun-alun Kasepuhan, depan Kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon.

Satu masjid kuno lainnya, memang tidak sebesar dan setenar Masjid Agung Sang Cipta Rasa, terselip di tengah perkampungan padat di pusat kota. Persisnya, terletak di antara permukiman penduduk di Jalan Panjunan, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, kota Cirebon. Nama resmi masjid ini, Masjid Al-Athyah, “yang dikasihi”. Namun masyarakat Cirebon menyebutnya Masjid Abang Panjunan atau Masjid Merah Panjunan, karena bangunannya terbuat dari susunan batu bata merah.

Dilihat dari sisi arsitektural, masjid ini sepertinya merefleksikan “keaslian” Cirebon. Dinding dan pagar luar yang berbentuk semacam benteng terbuat dari bata merah. Pintu gerbang masuknya mengingatkan kita pada gerbang Keraton Majapahit di Mojokerto, Jawa Timur, atau pintu gerbang pura di Bali. Di dindingnya ditempelkan ornamen khas dari piring-piring keramik asal Eropa dan Cina. Semua itu memperlihatkan bahwa Cirebon sudah sejak dahulu kala menjadi pertemuan berbagai budaya dan etnis.

Sayangnya, tidak banyak penelitian ilmiah yang dilakukan untuk mengorek kekayaan khazanah sejarah masjid tua ini. Kisahnya banyak bersumber dari cerita-cerita lisan. Seperti yang dituturkan Juru Kunci Masjid Merah, Ujang Zahri, masjid tua itu dibangun tahun 1460, atau 15 tahun sebelum Kesultanan Demak berdiri pada 1475, atau 17 tahun sebelum Kesultanan Cirebon berdiri pada 1478. Dari kisah turun-temurun, seperti yang didapatkan juru kunci kelahiran 15 Juni 1925 ini, Masjid Merah Panjunan dibangun bersama oleh Walisanga.

Di tempat inilah, syahdan, para wali berunding untuk mengatur strategi penyebaran agama Islam, jauh sebelum mereka memanfaatkan Masjid Agung Demak. Pak Ujang yakin, Masjid Merah Panjunan adalah masjid tertua di antara masjid-masjid utama kerajaan-kerajaan Islam di Pulau Jawa. “Masjid ini yang pertama kali dibangun, setelah itu berturut-turut Masjid Sang Cipta Rasa, Masjid Astana Gunung Jati, dan Masjid Agung Demak,” ujarnya.

Bangunan utama Masjid Merah Panjunan berukuran panjang 20 meter, membujur dari timur ke barat, dan lebar 18 meter dari utara ke selatan. Masjid tersebut dikelilingi “benteng” sepanjang 25 meter dan 23 meter. Di sudut kiri depan masjid terletak menara yang sekilas mengingatkan kita pada Menara Masjid Kudus di Jawa Tengah. Pilar-pilar penyangga bangunan utama terbuat dari kayu jati bermutu tinggi yang dipelitur mengkilap.

Seluruh bagian bangunan, mulai dari pilar-pilar penyangga hingga dinding bata merah dan ornamen keramik, adalah asli sebagaimana pada saat masjid itu dibangun lebih dari 540 tahun yang lalu. “Yang baru hanyalah sarana listrik dan benda-benda elektronik, seperti jam dinding, pengeras suara, serta karpet dan tikar yang diganti secara berkala,” ujar Pak Ujang lagi. -

Dibagi Dua
Keunikan Masjid Al-Athyah terletak pada ruangan utamanya yang dibagi menjadi dua dengan ukuran luas yang relatif sama. Ruangan bagian depan berbentuk seperti beranda, digunakan untuk kegiatan ibadah shalat lima waktu, termasuk shalat Jumat. Dengan ruangan kedua, bagian ini dipisahkan oleh sebuah dinding permanen, yang terbuat dari bata merah dan berornamen piring dari keramik. Kedua ruangan dihubungkan sebuah pintu kecil.

Ruangan di sebelah dalam tersebut, konon, dulunya adalah tempat musyawarah Walisanga, di tengah masyarakat yang sebagian besar masih beragama Hindu. Ruangan yang berada tepat di bawah limasan atap masjid selalu tertutup. Pintu menuju ruangan tersebut hanya dibuka dan digunakan untuk dua acara khusus: untuk shalat ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha.

Berziarah ke kota Cirebon sesungguhnya mengasyikkan: banyak kekayaan sejarah penyebaran Islam yang dapat dinikmati. Seperti tiga bangunan keraton, yaitu Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Kemudian beberapa bangunan masjid tua, seperti Masjid Jagabayan di Jalan Karanggetas, Masjid Merah di Panjunan, dan Masjid Pajlagrahan di Jalan Mayor Sastraatmaja.

Selain itu, salah satu situs peninggalan Keraton Kasepuhan, yakni Taman Goa Sunyaragi di Jalan Brigjen Soedarsono, juga layak dilihat. Bekas taman air, tempat rekreasi keluarga Kesultanan Cirebon, dan tempat evakuasi keluarga sultan di masa perang kemerdekaan, juga masih bisa dinikmati. Belum lagi yang berbentuk bangunan zaman kolonial, seperti Gedung BAT (British American Tobacco) di Jalan Pasuketan, atau Gedung Bank Indonesia di Jalan Yos Sudarso.

Berziarah ke tempat-tempat bersejarah, memang sangat menyenangkan. Apalagi jika berkaitan dengan yang bernuansa keagamaan. Sebab ziarah tersebut juga dimaksudkan untuk kembali mengenang fungsi sebuah tempat di masa lalu. Maka jika berziarah ke masjid-masjid tua, seperti di kota Cirebon ini, sebaiknya kita tidak hanya memperhatikan bangunan fisiknya, tapi lebih dari itu: dimensi sejarahnya sangat patut kita pahami.

Dan, jika ditelusuri secara lebih jauh, setidaknya kita bisa melihat bagaimana masjid-masjid bersejarah tidak melulu menjadi tempat melaksanakan kewajiban “ritual”. Masjid-masjid itu oleh para wali tempo dulu juga digunakan sebagai tempat untuk merencanakan dan membangun peradaban umat. Bahkan, menurut berbagai sumber sejarah, di masjid itulah berbagai pemecahan masalah sosial kemasyarakatan dilakukan para wali.    

        Sumber

Drama Korea : Queen In Hyun Man

Queen In Hyun's Man

Hai hai hai hai... udah lama gak share lagi nih... 
aaaaa,, kali ini aku bakalan share tentang salah satu Drama Korea yang menurut aku bener bener keren banget ceritanya, walau agak jadul tapi aku baru sempet nonton nya sekarang dan berfikir bahwa Drama ini memang patut untuk di publikasikan lagi, kali kali ada yang belum nonton juga.

Kenapa aku tertarik dan pengen banget nonton drama ini ???
itu karena waktu itu gak sengaja aku baca satu situs yang isi nya ngasih tau bahwa Drama Queen In Hyun Man ini cerita nya KEREN ABiZZZ...
diliat dari cara orang itu ngasih tau sebegitu rame nya drama ini, akhir nya aku pun tergiur dan berniat untuk segera menonton nya, dan itu baru kesampean sekarang -_______-

Setelah aku namatin nnton Drama Korea ini yg memiliki 16 episode, ternyata emang beneran Raaaameeee banget ceritanya.  gak nyesel pokoknya nonton Drama ini.
Akting dari tokoh utama nya Ji Hyun Woo dan Yoo In Na terasa benar benar nyata dan natural, mereka begitu cocok memerankan tokohnya dengan baik dan sempurna ( Mereka juga ternyata cinlok lhooo...dan jadian tgl 18 Juni lalu ) aku suka akting mereka berdua.

Drama ini membuat saya tertawa sendiri,menangis,bahagia,deg deg an bahkan bikin hati ini sakit sekalipun, karena aku benar benar terhanyut dalam suasana ceritanya, ini seperti nyata dan aku pun ikut terbawa dalam alur cerita ini.
Queen In Hyun Man ini lebih dari Rooftop Prince.. walaw memang agak sama dalam hal Traveling Time,, namun alur ceritanya bena benar sangat berbeda jauh, dan yang ini lebih NYESEK kayak nya.

Coba deh... temen temen penyuka drama korea yg belum sempet nonton Drama ini, bersegeralah nnton !!!! gak akan nyesel deh, aku berani bertaruh... cerita nya juga Unik dan bener2 bikin kita penasaran sekaligus bingung :p untuk memahami ceritanya butuh kecerdasaan yg cukup tinggi ckckckck *Swear???gakboongggg

OKaaayy.. ini aku share juga sedikit cerita nya , sekaligus para pemainnya... :D

Drama yang panjangnya 16 episode ini bergenre gabungan dari saeguk (sejarah), komedi, roman juga fantasi-sains. Kenapa ini genre bisa campur aduk begini, karena ini bercerita tentang perjalanan waktu seorang scholar Joseon dari tahun 1694 ke masa sekarang dan bertemu dengan seorang aktris di masa kini.

ke selanjutnya kita bahas para tokohnya ya.
1. Kim Boong Do diperankan oleh Ji Hyun Woo/Ji Hyeon Wu

Kim Boong Do adalah seorang scholar Joseon yang berhasil menjadi pejabat muda di istana. Dia bekerja di bagian penasehat khusus kerajaan. Kim Boong termasuk anak muda kesayangan raja Suk Jong. Kim Boong Do sendara seseorang pemuda yang mendukung dan  melindungi Ratu In Hyun walau ratu dalam pengasingan. Di masanya Kim Boong Do dicintai oleh seorang gisaeng yang memberikannya jimat berisi mantra/doa untuk melindunginya dari bahaya kematian. Jimat inilah yang bisa membawanya ke masa depan saat dia dalam bahaya dan membawanya bertemu seorang aktris baru bernama Choi Hee Jin.

2. Choi Hee Jin diperankan oleh lovable actress Yoo In Na
Choi Hoi Jin adalah artis yang merangkak dari bawah lewat berbagai audisi. akhirnya dia berhasil mendapatkan peran di drama yang menceritakan tentang Jang Hui Bin (selir Raja Suk Jong) dan berperan sebagai Ratu In Hyun. Nasib mempertemukannya dengan Kim Boong Do dari masa lalu. Walau awalnya sukar dipahami tapi pertemmuannya berkali-kali dengan Boong Do membuat Hee Jin luluh dan menyukainya.

3. Han Dong Min diperankan oleh Kim Jin Woo


Han Dong Min adalah mantan kekasih Choi Hee Jin yang juga bermain dalam drama yang sama yang memerankan Raja Suk Jong. Han Dong Min ingin berbaikan lagi dengan Hee Jin dan berusaha mendekatinya.

4. Jo Su Gyeong atau Manager diperankan oleh  Ga Deuk Hi
Dia dalah manager sekaligus teman akrab Hee Jin. Mereka juga tinggal dalam rumah yang sama. managernya ingin menjadikan Hee Jin aktris hebat dan selalu berusaha menghindarkan Hee Jin dari segala skandal cinta dan gosip.


5. Yun Wol diperankan oleh Jin Ye Sol
Seseorang wanita dari masa Joseon yang diam-diam mencintai Kim Boong Do. Dia dahulu adalah pembantu dari keluarga istri Boong Do. Setelah keluarga Boong Do dibantai, Boong Do tetap melindungi Yun Wol. Akhirnya Yun Wol menjadi gisaeng (mungkin karena putus asa mencintai tuannya mana bertepuk sebelak tangan lagi), Dia pun cepat menjadi gisaeng kelas atas di Hanyang. Namun dia tetap kerap berdoa untuk Boong Do secara sungguh-sungguh. AKhirnya seorang rahib kepala menuliskan doanya dalam bentuk mantra yagn bisa diberikan Yun Wol kepada ragn yang dia doakan, yaitu Kim Boong Do.


Ringkasan Cerita
Kim Boong Do yang merupakan pengikut setia Ratu In Hyun, berusaha melindungi Ratu dari fraksi yagn menginginkan kejatuhannya yagn berkerja sama dengan Selir Jang. Keterlibatan dia ini menyebabkan Boong Do dalam bahaya dan melawan Mentri Kanan, Mentri Ahm. Untungnya doa dan jimat Yun Wol melindunginya. Saat nyawa terancam tiba-tiba jimat nya itu berfungsi sebagai kunci pembuka lorong waktu meuju masa depan. Saat tiba di masa depan takdir selalu mempertemukannya dengan Choi Hee Jin yang sedang main drama berperan sebagai ratu In Hyun.

Hee Jin pun tertarik pada Boong Do dan secara tulus menolong Boong Do jika dalam kesulitan di masa sekarang.
Kim Boong Do pun akhirnya jatuh cinta pada Hee Jin. Dengan jimat itu juga Kim Boong Do bisa mengatasi Mentri Ahm dengan segala keuntungan Boong Do berada di masa depan dan kemapuan jimat itu untuk pergi dan pulang ke masa lalu dengan mudah.

Namun cinta beda zaman ini rupanya tidak mudah. Saat jimat itu terpotong atau  tiba-tiba waktu bagai siulang lagi dari awal. Namun karena cinta mera a yang terrekan kuat dalam memori masing-masing mereka akhirnya bisa saling mengingat dan merajut cinta meraka.
Niat Boong do untuk menjadi orang yang bertanggung jawab sebagai pasangn Hee Jin tidak lah mudah. Dia minta kepada raja Suk Jong untuk "mematikannya" di masa itu agar sepenuhnya bisa tenang menetap di masa depan.  Namun usahanya itu masih banyak kendala. Saat jimat itu rusak saat kematian Yun Wool dan kematian rahib dia tiba-tiba tertarikpulang ke masa lalu tanpa dia inginkan.
Mereka pun kembali terpisah waktu. Untuk menghindari Hee Jin menderita karena mengingat Boong Do yang tidak bisa kembali, Boong Do benar-benar menghancurkan dan membakar jimat tersebut. Hasilnya Hee Jin pun melupakan Boong Do. Sedangkan Boong Do di masanya pun hidup dengan mengembara di pinggiran kota, karena dia telah dinyatakan mati.


Ayoo... gimana lagi lanjutan ceritanya??? Penasaran ??? coba deh tonton dramanya :)

Fanfiction : Try not to Love You ( CHAPTER 2 )

-->
CHAPTER 2


                “K…kau kenapa? Ma…maaf…”
                Taylor menatapnya aneh.
                “Kenapa kau minta maaf?” Tanya Taylor heran, si gadis pun ikut heran.
                “Kau menangis karena aku mengatakan hal kasar padamu kan?” Ucapnya polos
                Tanpa diduga mata Taylor langsung membulat dan tangannya mengusap air mata di pipinya lalu mengucek mata itu perlahan.
                “A…aku tidak menangis, kau salah lihat. Ah, gelap malam membuat matamu rabun sepertinya.”
                “Hey! aku tidak rabun. Kau memang menangis, air matamu tadi jatuh di pipimu. Aku bersumpah!” si gadis berkata dengan suara yang ditahan agar tidak emosi.
                “Tapi aku memang tidak menangis. Sudahlah, sebaiknya aku antar kau pulang, sepertinya orang-orang sudah tidak membuntuti kita lagi.”
                “Aku tidak mau diantar pulang oleh orang yang mengatakan kalau mataku rabun.” Gadis itu membalikkan badan dan berjalan menjauhi Taylor dengan langkah kasar.
                “Apa kau yakin? Taman ini terletak berdekatan dengan wilayah kekuasaan gangster kulit hitam yang terkenal suka memeras dan membunuh orang. Kau takkan menemukan taksi di sekitar sini, apalagi ini sudah malam.”
                Si gadis menghentikan langkahnya dan meremas tas tangan yang dipegangnya. Pada saat itu, Taylor bisa melihat gadis itu  membalikkan badanya. Taylor segera mengayunkan tangan kirinya kearah motor hitam yang terparkirdi sana. Si gadis menghela napas sejenak lalu dengan berat hati melangkahkan kakinyakearah motor itu.

^^^^^^^
                Motor Taylor mulai melaju pelan, gadis itu memeluk pinggangnya erat.
                “Kau kenapa? Mulai ngefans padaku ya?” ucap Taylor jahil.
                “Berisik, mengemudi ya mengemudi saja. Aku sedang berkonsentrasi untuk tidak memikirkan kemungkinan terburuk dicegat gangster orang kulit hitam.” Ucap gadis itu dengan nada suara yang sedikit bergetar.
                “Hahaha, kau ini ada-ada saja. Aku ini hanya bercanda soal gangster kulit hitam itu. Kau ini polos sekali.”
                “HAH???” Gadis itu berteriak di dekat telingaku.
                “Ya ampun, biasa sajalah. Maaf ya, aku hanya tidak ingin meninggalkan gadis di malam hari dan memang disana tidak akan ada taksi yang…”
                “Syukurlah….” Terdengar suara itu berucap dengan nada kelegaan di dalamnya dan bukannya marah-marah, ia terus diam sepanjang jalan.
                “Rumahmu dimana?”
                “Rumahku di Fifth Avenue 23, sekitar 750 meter lagi dari sini.”
                “Baiklah” Taylor mempercepat laju motornya .
^^^^^^^
                Wita sudah sampai di depan rumahnya. Sebuah rumah kecil yang selalu memberikan rasa nyaman dan tenang bagi setiap orang yang datang. Pria bernama Taylor Lautner dan mengaku-ngaku sebagai seorang artis itu baru saja pulang setelah mengantar Wita. Wita baru saja akan menutup pintu saat pria itu kembali lagi sambil berteriak tidak karuan. Yang jelas didengar Wita hanyalah teriakan “HEY” yang memekakkan telinganya.
                “Hey, namamu siapa?” ucap pria itu sesampainya di pintu rumah Wita.
                Wita mengamati pria itu ragu-ragu. Apakah baik memberitahu namanya pada seorang pria asing? Tapi sepertinya orang ini tidak berbahaya. Bukankah pria itu bilang bahwa dia takkan  menyakiti dirinya?
                “Wita, Wita Hutcherson” Wita memutuskan memberitahunya.
                “Baiklah Wita, selamat malam dan sampai jumpa. Eh, panggil saja aku Lautner, kalau kau ingin memanggil nama depanku juga boleh. Jangan sampai kau memanggilku ‘hey’ atau ‘oi’!” lalu pria itu pergi.
                Langit malam semakin menghitam, tanpa sadar Wita menguap lebar. dia masuk kedalam rumahnya dan mengunci pintu. Baginya, hari ini adalah hari paling aneh dan paling melelahkan. Rumahnya masih sepi. Tentu saja akan selalu sepi karena dia hanya tinggal berdua dengan adiknya, Claire. Umur Claire hampir sama dengannya, begitu juga dengan tinggi badan dan potongan rambut. Sebelum kekamarnya, Wita mampir ke kamar Claire. Claire sudah tertidur.
                Maafkan aku Claire, kau kelelahan karena menungguku.
Diambilnya selimut dan diselimutinya Claire.
                Wita segera masuk kekamarnya, merebahkan diri di atas kasur bergambar bunga mawar putih kesukaannya. Seperti biasa, Wita mengangkat kedua tangannya keatas dan menghitung satu sampai sepuluh dengan jarinya sebelum tidur. Tiba-tiba dia teringat, kemana gelang tali coklat bertuliskan “Hutchersen” yang selalu dipakainya setiap saat itu?
^^^^^^^
                Taylor Lautner memandang keluar jendela. Letak apartemennya memang cukup tinggi untuk melihat gemerlap kota New York pada malam hari. Taylor melipat kedua tangannya dan menengadahkan kepala ke atas. Dia selalu melakukan hal itu saat sedang memikirkan sesuatu. Tapi yang dipikirkannya kali ini bukanlah sesuatu yang layak untuk dipikirkan. Diamatinya kunci rumah bertuliskan Taylor, benda yang mempertemukannya dengan seorang gadis bernama Wita.
                Nama depannya Wita. Kenapa? Dia bukan berasal dari Amerika? Terus dia berasal dari mana?
                Kenapa Wita sangat takut pada gangster?
                Dan pertanyaan terakhir. Kenapa dia tidak ngefans pada dirinya?!?!
                Tunggu, kenapa aku memikirkan gadis itu? Aarghh..
                Taylor mengacak-acak rambutnya gemas. Pusing dengan berbagai pertanyaan yang ia sendiri pun tak tahu datang dari mana. Taylor ingat tindakannya yang berteriak demi mengetahui nama gadis itu. Taylor tidak mengerti kenapa dia bisa melakukan hal melakukan memalukan  yang bisa mencorang nama baiknya. Taylor tak bisa membayangkan bagaimana jadinya bila Wita memberitahukan sikap bodohnya pada setiap orang, lalu orang-orang itu akan mencapnya sebagai artis-bodoh-yang-tidak –keren-sama-sekali. Dia akan benar-benar malu! Ya, walaupun dalam hatinya dia yakin bahwa Wita bukanlah gadis seperti itu.                                                                                                                                                           Taylor Lautner baru saja akan berganti pakaian saat dia merogoh sakunya dan menemukan sebuah gelang yang terbuat dari tali berwarna coklat bertuliskan “Hutcherson”. Taylor langsung berpendapat bahwa gelang itu milik Wita. Mungkin gelang itu terbawa saat ia menyeret Wita dan mengambil kunci motor disakunya. Tapi, gelang itu terasa familiar baginya, entah mengapa.
                Aku harus bertemu gadis itu dan mengembalikan gelang ini. Dan, mungkin aku bisa menanyakan nomor handphone nya juga.
Seulas senyum muncul diwajah tampan Taylor.

^^^^
                Memang, langit yang mendung bisa membuat orang muram. Tak terkecuali Mr Chris Weitz, sang sutradara fim New Moon yang dibintangi Taylor. Berulang kali dia menggerutu sendiri. Seolah menyalahkan langit yang tak mau berkompromi. Hal inilah yang membuat para kru dan pemain bingung menghadapi sikap Mr Chris Weitz yang sudah  naik darah.
                “Beginilah Mr… kalau sudah bad mood, aku sangat benci jika hal ini sudah terjadi” ucap Kristen Stewart dengan pelan.
                “Yah, memang begitulah dia. Seharusnya dia jangan melampiaskannya pada  kita. Bukan salah kita kan kalau hari ini mendung.” Timpal Taylor
                Dua jam berlalu, langit cerah yang ditunggu sang sutradara tak kunjung datang. Akhirnya dengan wajah kecewa, Mr Chris Weitz membatalkan syuting hari ni.
                “Yes, aku bisa bertemu Wita sekarang dan mengembalikan gelangnya”
                Dengan segera, Taylor menghidupkan mesin motornya dan melesat  secepat kilat. Sebenarnya, saat dia hendak pergi tadi, dia sempat mendengar Kristen memanggilnya dan bertanya hendak kemana. Namun, tak diriaukannya. Untuk waktu sekarang ini, mungkin hal itu tak begitu penting bagi Taylor Lautner.
^^^^^
                Wita masih mencari-cari gelangnya di setiap sudut ruangan saat bel rumahnya berbunyi. Dengan enggan dibukanya pintu rumah itu, dan betapa terkejutnya saat mendapati Taylor Lautner berdiri di depannya dengan pakaian yang basah kuyup. Segera ia mengambil  handuk dan diberikannya pada Taylor.
                “Kenapa kau bisa basah kuyup?” tanya Wita heran
                “Kau tak bisa lihat? Di luar hujan”
                Wita mengerutkan keningnya.
                “Maksudku kenapa kau datang kemari saat kau tahu bahwa hujan mulai turun?”
                “Memangnya tak boleh?”
                “Boleh sih.”
                “Terus? Kenapa tak kau persilahkan saja aku masuk dan menghangatkan badan di rumahmu?”
                “aku tak biasa membawa laki-laki masuk ke rumahku, dan..”
                Kalimat Wita terputus karena Taylor mendorongnya masuk kedalam dengan keras . wita diam seketika, mencoba mengendalikan jantungnya yang tak karuan.
                “Stt, kau dengar? ada yang memanggil namaku. Seharusnya kau biarkan aku masuk! Jika hal ini menjadi gossip bagaimana?” Taylor meletakkan jari telunjuknya di bibir Wita yang bersandar di tembok. Kontan saja degupan jantung Wita semakin tak karuan. Wita yang salah tingkah, buru-buru berdiri.
                “Kau ini! Harusnya sebelum kemari kau memikirkan resikonya terlebih dahulu! Setiap bertemu denganmu aku selalu mendapatkan masalah! Kalau begini, aku lebih memilih tak bertemu denganmu untuk selamanya!”
                Wita kaget dengan apa yang baru saja ia katakan. Rasa bersalahnya muncul saat Taylor melempar gelang tali coklat milik Wita dan berlalu meninggalkan rumahnya tanpa sepatah kata pun. Wita diam membeku. Pikirannya bercampur aduk antara bingung dan merasa bersalah.
                Bagaimana ini? Aku benar-benar jahat padanya!
^^^^^^^