Sejak seseorang membuka matanya, tak ada satu pun yang
dialaminya di dunia ini terjadi dengan sendirinya dan terlepas dari Allah.
Segala yang ada secara keseluruhan diciptakan oleh Allah, satu-satunya zat yang
memegang kendali alam semesta. Ciptaan Allah bersifat sempurna, tanpa cacat, dan
sarat dengan tujuan. Ini adalah takdir yang diciptakan oleh Allah. Seseorang
tidak boleh mengotak-ngotakkan peristiwa yang terjadi dengan menamai kebaikan
pada sebuah peristiwa dan kejahatan pada peristiwa yang lain. Apa yang menjadi
kewajiban seseorang adalah menyadari dan menghargai kesempurnaan dalam setiap
peristiwa.
Kita harus percaya bahwa ada kebaikan dalam setiap
ketetapan-Nya serta tetap menyadari kenyataan bahwa kebijaksanaan Allah yang
tak terbatas ini telah direncanakan untuk sebuah hasil akhir yang paling
sempurna. Bahkan mereka yang percaya dan mencari kebaikan dalam segala
peristiwa yang menimpa mereka, baik di dunia ini maupun akhirat nanti, mereka
akan menjadi bagian dari kebaikan yang abadi.
Hampir di setiap halaman Al-Qur`an, Allah meminta kita untuk
memerhatikan hal tersebut. Inilah sebabnya mengapa ketidakmampuan dalam
mengingat bahwa segalanya berjalan sesuai dengan takdir itu menjadi sebuah
kegagalan yang mengerikan bagi seorang mukmin. Takdir yang dituliskan oleh
Allah begitu unik dan dilewati oleh seseorang benar-benar sesuai dengan apa
yang telah Allah tetapkan. Orang awam menganggap kepercayaan akan takdir
semata-mata hanya merupakan cara untuk “menghibur diri” di saat tertimpa
kemalangan. Sebaliknya, seorang mukmin memiliki pemahaman yang benar akan
takdir. Ia sepenuhnya menganggap bahwa takdir adalah sebuah rencana Allah yang
sempurna yang telah dirancang khusus untuk dirinya.
Takdir adalah rencana tanpa cacat yang dibuat untuk
mempersiapkan seseorang untuk sebuah kenikmatan surga. Takdir penuh dengan
keberkahan dan maksud Ilahiah. Setiap kesulitan yang dihadapi seorang mukmin di
dunia ini akan menjadi sumber kebahagiaan, kesenangan, dan kedamaian yang tak
terbatas di kemudian hari.
“Sesungguhnya, setelah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS
Al-Insyirah: 5) Ayat ini menarik kita pada kenyataan bahwa di dalam takdir
seseorang, kesabaran dan semangat yang ditunjukkan oleh seorang mukmin, telah
dituliskan sebelumnya bersama-sama dengan balasannya masing-masing di akhirat.
Sekali waktu mungkin terjadi, seorang mukmin menjadi marah
atau khawatir akan terjadinya hal-hal tertentu. Penyebab utama dari kemarahan
yang ia rasakan adalah karena ia lupa bahwa semua itu merupakan bagian dari
takdirnya dan bahwa takdirnya itu telah diciptakan oleh Allah hanya untuk
dirinya sendiri. Walaupun demikian, ia akan merasa nyaman dan tenang ketika ia
diingatkan akan tujuan ciptaan Allah.
Karena itulah, seorang mukmin harus belajar untuk terus
mengingat bahwa segalanya telah ditetapkan sebelumnya. Ia harus mengingatkan
orang lain akan hal ini. Ia harus bersabar saat menghadapi peristiwa-peristiwa
yang Allah telah takdirkan untuknya dengan memberikan rasa percayanya kepada
Allah dalam jarak waktu yang tak terbatas. Tak lupa, ia harus berusaha
menemukan alasan-alasan di balik semua peristiwa tersebut. Jika ia berusaha
memahami alasan-alasan ini, dengan seizin Allah, ia akhirnya akan berhasil.
Bahkan walaupun ia tidak selalu berhasil menemukan maksud di baliknya, ia masih
tetap yakin bahwa ketika sesuatu terjadi, pastilah semua itu demi kebaikan dan
maksud tertentu.
0 komentar:
Posting Komentar