KEUTAMAAN KITA UNTUK BERSABAR

Definisi sabar menurut sufi ternama Dzun-nun Al-Mishri, “Sabar ialah menjauhi perselisihan, bersikap tenang dalam menghadapi cobaan yang menyesakkan hati, dan menampakkan rasa kecukupan ketika ditimpa kesusahan dalam kehidupan.”
Sedikit berbeda dengan Ar-Raghib Al-Ashfihani, yang mengatakan bahwa sabar memiliki makna yang berbeda sesuai dengan konteks kejadiannya. Menahan diri saat ditimpa musibah dinamakan shabr (sabar), sedangkan lawan katanya jaza’ (gelisah, cemas, risau). Menahan diri dalam peperangan dinamakan syaja’ah (keberanian) dan lawan katanya jubn (pengecut, lari dari peperangan). Menahan diri dari kata-kata kasar disebut kitman (diam) dan lawan katanya ihdzar/hadzar (mengecam, marah). Namun secara umum, semua yang berkaitan dengan menahan biasanya dikategorikan sabar.
Mengenai sabar, Allah SWT berfirman, “Wahai sekalian orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu sekalian dan teguhkanlah kesabaranmu itu dan tetaplah bersiap siaga.” (QS. Ali Imran : 200).
Ayat ini memerintahkan untuk bersabar dalam menjalani ketaatan ketika mengalami musibah, menahan diri dari maksiat dengan jalan beribadah dan berjuang melawan kekufuran, serta bersiap siaga penuh untuk berjihad di jalan Allah SWT. Tentang ayat ini, Sahl bin Sa’ad meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah SAW bahwa, “Satu hari berjihad di jalan Allah itu lebih baik ketimbang dunia dengan segala isinya.” (HR. Al-Bukhari dan At-Tirmidzi).
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT juga berfirman, “Sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepada kamu sekalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah : 155).
Pada ayat ini Allah SWT menegaskan, seorang hamba Allah akan diuji dengan rasa takut, kelaparan, kemiskinan, dan sebagainya. Dengan ujian ini, akan tampak mana yang taat dan mana yang kufur. Tentu yang teguh dalam ketaatan kepadaNya yang mendapat kabar gembira. Allah berfirman, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az-Zumar : 10).
Tentang ayat ini, Sayyidina Ali bin Abu Thalib menerangkan, setiap orang yang mencapai derajat muthi’ (orang yang taat), kelak akan ditimbang amalnya dengan timbangan atau takaran. Berbeda dengan orang yang berderajat shabir (orang yang sabar), mereka ini mengeruk pahala laksana mengeruk debu yang tidak terhitung jumlahnya.
Sungguh luar biasa derajat orang sabar. Selain mendapatkan pahala yang besar, juga dikatakan sebagai bagian dari iman. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Ad-Dailami dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kesabaran adalah setengah dari iman.”
Begitulah keutamaan dan pentingnya bersabar, termasuk dalam menjalankannya. Insya Allah, setiap kali kita bersabar atas sesuatu yang tidak kita kehendaki dan bersabar atas apa yang belum kita kehendaki, pasti berbuah pahala dan hikmah yang tak ternilai. [Swadaya-062008]

0 komentar:

Posting Komentar