Perpustakaan – Manggarai
Jalan Manggarai Utara VI, RT 08/01, Jakarta – Selatan
Sekilas tentang Jendela Jakarta :
Komunitas Jendela Jakarta
merupakan cabang dari Komunitas Jendela di Yogyakarta. Komunitas Jendela
jakarta dikelola dan digerakkan oleh para volunteer yang berasal dari berbagai
latarbelakang serta bekerja secara sukarela. Fokus kegiatan kami pada
segi pengembangan pendidikan dan mental anak terutama pada anak-anak
yang kurang beruntung di Manggarai.
Berawal dari Perpustakaan kami yang sederhana, kami berusaha
menghidupkan minat baca adik-adik Manggarai agar senantiasa menghargai
pentingnya buku untuk menggapai cita-cita mereka. Beberapa program pembelajaran
juga kami berikan seperti; Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA,
IPS, Seni Musik, Seni Menggambar dll. Segala sesuatu yang bermanfaat bisa
diajarkan kepada adik-adik Manggarai.
Bismillahirrahmanirrahim....
Ini pengalaman yang menurut saya sangat luar biasa dan tidak
akan pernah saya lupakan. Dari awal sejak saya pindah dan menetap di Jakarta,
saya sudah memiliki niat untuk mencari dan bergabung dengan sebuah komunitas
yang asyik namun bermanfaat. Setelah browsing beberapa kali di Google, akhirnya
saya pun tertarik untuk bergabung di Komunitas Jendela Jakarta. Komunitas ini
memiliki visi yang sama dengan saya, yaitu meningkatkan minat baca dan
membangun perpustakaan. Saya pun memiliki mimpi ini, saya berharap suatu saat
nanti saya memiliki sebuah Taman Baca yang besar, megah, dan berteknologi
canggih serta buku-buku yang tersedia pun lengkap hingga masyarakat khususnya
remaja dan anak-anak sering mengunjungi Taman Baca saya nanti, agar minat baca
generasi muda yang akan datang semakin meningkat.
Tanpa pikir panjang lagi, akhirnya saya pun mendaftarkan
diri dan mengisi form online di websitenya jendela jakarta. Setelah
beberapa hari bergabung disana, saya di infokan oleh pihak jendela bahwa agenda
mereka dilakukan setiap weekend (sabtu, minggu). Kebetulan untuk agenda
weekend saat itu ialah hari sabtu membuat kerajinan daur ulang dan pada hari
minggu yaitu kerja bakti sekitar perpus dan games. Agenda ini dilaksanakan di
Perpustakaan Manggarai. Sebenarnya saya belum pernah sekalipun ke Manggarai,
dan saya pun belum terlalu hapal nama-nama daerah di sekitar Jakarta, disini
pun saya baru 3 bulan. Waktu itu, saya pun memberitahu salah satu teman saya
"Riska" mengenai komunitas Jendela. Akhirnya, ia pun ikut bergabung dan
kami berencana akan hadir pada hari Minggu (10 November 2013).
Pagi itu, pukul 10.00 WIB saya memutuskan untuk pergi menuju
Perpustakaan Manggarai sendiri. Riska pergi naik kereta sedangkan saya memilih
untuk menggunakan Trans Jakarta atau Busway. Kami berdua, pergi dari rumah
masing-masing menuju Perpustakaan Manggarai dengan modal nekat (hehehe) karena
kami berdua sama-sama tidak tahu jalan dan belum pernah kesana. Saat di Busway,
saya terus memikirkan dimana saya harus transit dan di halte mana saya harus
turun. Namun, Alhamdulillahirobbil'alamin... Allah SWT membimbing saya selama
perjalan ke sana. Setelah turun di halte Manggarai, saya pun bertanya ke sana
ke mari mencari alamat Perpustakaan itu. Sebagian orang malah memberi petunjuk
arah yang salah, untung saya tidak benar-benar nyasar, saya terfokus dengan
alamat dan petunjuk yang diberikan Kakak-kakak dari Komunitas Jendela, berusaha
mencari sendiri dimana alamat itu berada. Siang hari, hampir tiba waktu
dzuhur saya terus berjalan kaki dari halte busway hingga stasiun manggarai.
Benar-benar sangat melelahkan, namun saya tetap berusaha mencari-cari
Perpustakaan itu. Hingga akhirnya saya menemukan sebuah spanduk bertuliskan
Komunitas Jendela di ujung pertiga an jalan sana.
Alhamdulillah.... saya pun akhirnya sampai ditempat tujuan
dengan selamat. Saya melihat Riska sudah berada di dalam perpustakaan yang
didepannya terpampang spanduk komunitas jendela. Sayapun ikut bergabung bersama
mereka yang sedang membereskan dan membersihkan perpustakaan. Saya melihat
beberapa anak kecil di dalam perpus yang ukurannya cukup sempit dan dipenuhi
oleh beberapa buku anak-anak. Sepertinya mereka lah adik-adik yang menuntut
ilmu disini. Saya mengamati perilaku mereka satu persatu, dan itu sungguh
membuat saya ngeri. Mungkin karena mereka merupakan anak-anak yang bisa
dibilang hidup dipinggiran dan jarang di didik masalah karakter serta etikannya
maka saat itu saya merasa takut dan kurang nyaman dengan tingkah laku dan
kejahilan aneh mereka. Adik-adik kecil yang ada disana saat itu benar-benar
bisa dibilang cukup nakal dan tak mau diam, baru menit-menit pertama mereka
sudah membuat saya merasa tak nyaman dan takut.
Saya dan Riska kebetulan disuruh mengajari mereka, adik-adik
kecil yang sudah sedari katanya berada disini. Saya kaget, karena jujur saya
tidak mahir dalam hal ngajar-mengajar apalagi untuk mengajari anak kecil.
Namun, karena tujuan utama saya kesini ialah untuk membantu maka mau tak mau
saya pun harus siap menerima tanggung jawab ini yaitu menjadi pengajar mereka
untuk hari ini. Karena ruang perpustakaan masih di bersihkan, maka kami semua
menggelar tikar di halaman perpus dan mengeluarkan white board kecil serta
beberapa alat tulis. Saya maupun Riska berusaha untuk mengamankan suasana dan
menyuruh adik-adik untuk duduk dengan tertib di tikar. Namun, subhanallah...
mereka benar-benar agak sulit diatur, mereka malah asyik bermain dan
bercanda-canda. Saya berusaha untuk mengenali mereka satu per satu, dan sialnya
saya pun malah di jahili mereka semua, mereka saling bertukar-tukar nama dan
itu sungguh membuat saya terlihat bodoh dan linglung ( hehehe.. dikibulin anak
anak kecil ).
Waktu pun berlalu, Riska yang memulai mengajari adik-adik
Jendela dengan mengenalkan nama-nama pahlawan indonesia. Kebetulan hari itu
tanggal 10 November yang bertepatan dengan hari pahlawan, jadi Saya dan Riska
mengajari mereka mengenai hari pahlawan dan sejarah secara bergantian. Ada
sebagian dari mereka yang terlihat antusias namun ada juga yang menghiraukannya
dan malah asyik dengan mainannya masing-masing. Namun, Saya dan Riska tetap
berusaha untuk mengajari mereka dengan penuh kesabaran. Saat itu, emosi dan
kesabaran memang sedang benar-benar di uji.
Waktu istirahat, saya segera menunaikan solat dzuhur dan
mengajak adik-adik yang berada disana untuk ikut solat bersama. Namun, mereka
malah menolak dan memilih untuk jajan serta makan siang. Saya pun memaksa satu
anak yang saya amati dari tadi bahwa sikap anak ini cukup baik dibandingkan
teman-temannya yang lain. Namanya Rani, saya mengajak adik Rani untuk solat
bersama, awalnya ia menolak namun pelan-pelan saya ajak dan paksa dia,
Alhamdulillah akhirnya dia mau. Kami berdua solat bersama, untuk anak yang
sudah kelas 5 SD sangat disayangkan sekali apabila ia masih belum hafal bacaan
bacaan solat. Disinilah harus nya letak peran kedua orang tua, selalu
membimbing anak nya. Namun bagi saya, wajar-wajar saja Rani seperti itu, karena
lingkungan disana benar-benar agak kurang baik dalam segi perilaku dan agama
serta pendidikan.
Setelah solat dzuhur, saya melihat adik-adik dan Riska
sedang makan soto bersama ditikar. Saya pun berniat untuk membelinya, namun
entah kenapa tiba-tiba salah satu dari mereka menawarkan diri untuk membelikan
soto itu buat saya, katanya sih biar gak dimahalain kak ( hihihi lucu sekali
adik yang satu ini ). Saya sempat mengira bahwa adik ini yang bernama Ita
memiliki karakter yang kuat serta keras namun saya salah. Ternyata Ita begitu
baik dan ramah, baru beberapa jam kami mengenal ia sudah mau membantu saya
untuk membelikan makanan. Kami semua pun makan soto bersama diatas tikar yang
kami gelar tadi. Kami becanda-becanda, ketawa-ketawa, cerita-cerita, bahkan
nama yang tadinya mereka tukar-tukar akhirnya mereka klarisifikasi lagi dan
akhirnya saya pun menjadi tahu nama asli dari masing-masing mereka dan tanpa
kami sadari kami tiba-tiba merasa sangat akrab dan dekat. Kesini-kesini Saya
dan Riska mulai merasa nyaman, apalagi setelah adik-adik bersikap friendly dan
welcome kepada kami, mereka tidak lagi terlihar seram namun sebaliknya, mereka
terlihat lucu-lucu dan menggemaskan.
Waktu istarahat pun berakhir, Saya dan Riska meneruskan
untuk mengajari adik-adik lagi. Kini sudah terlihat perbedaan sikap, mereka
agak mudah untuk ditertibkan sekarang. Karena sudah merasa bosan, akhirnya kami
pun memutuskan untuk belajar sambil bermain games. Kami semua dibagi menjadi
dua kelompok. Ada kelompok A dan kelompok B. Kebetulan Riska yang memimpin
permainan ini, kita menebak nama-nama negara dengan clue clue tertentu.
Kakak-kakak jendela pun ikut bermain, termasuk saya. Saya dipaksa Ita, Yuni,
Regi, Nisa, dkk untuk bergabung bersama team nya yaitu kelompok A. Keseruan
kini semakin berlanjut, kami semua benar-benar menikmati permainan ini. Tidak
hanya adik-adik nya yang antusias, namun kakak kakaknya pun begitu semangat dan
berlomba untuk mendapat kemenangan. Kelompok A atau B kah yang memiliki point
tertinggi. Kesepakatan bersama, kelompok yang kalah harus membereskan tikar,
papan tulis, dan semua yang ada dihalaman ini hingga rapi kembali. Otomatis
semangat dari kami semua semakin menggebu-gebu. Dan dan dan .. kelompok A pun
memenangkan pertandingan. Saya dan adik adik di kelompok A tertawa dengan
girang, dan kelompok B harus menerima nasib untuk membereskan semuanya hingga
rapi.
Permainan tidak berhenti disini, Kami semua lanjut bermain
bisik kata dan benteng-bentengan, hahaha. yang kalah katanya goyang caesar
hahaha. Saya dan Riska benar-benar menikmati moment-moment ini. Adik-adik
jendela sudah semakin ramah dan begitu akrab. Beberapa diantara mereka terus
tertawa dan menjahili saya. Saya hanya tertawa dan balik menjahili mereka. Saya
senang melihat kecerian mereka, mereka tertawa sangat lepas, bahkan banyak
sekali tingkah tingkah lucu dari mereka yang membuat saya tertawa geli tanpa
henti dan saya sangat senang melihatnya. Saya sadar, saya merupakan sosok
orang yang tidak mudah akrab dengan orang lain apalagi anak kecil. Butuh
kesabaran yang luar biasa untuk menghadapi adik adik kecil. Namun disinilah
saya belajar bagaimana sikap saya saat mengahadapi anak kecil yang selalu
bersikap menjengkelkan, dan disinilah saya diuji untuk bisa mengontrol emosi
serta kesabaran saya. Menghadapi anak kecil harus dengan lembut dan penuh kasih
sayang. Sikap itulah yang saya lakukan saat saya berusaha untuk mengajari dan
menasehati adik-adik disana. Dan Alhamdulillah, respon mereka semua pun menjadi
baik bahkan sangat baik.
Hingga tiba waktu pulang, mereka malah tetap mengajak saya
untuk becanda-becanda dengan mereka. Mereka terus mengerjai saya dengan
mengejar-ngejar dan mengikuti saya sambil mengejek saya kanker kulit -_-"
( naudzubillah ) mereka mengejek saya dengan penyakit itu hanya karena melihat
warna kulit saya yang cenderung lebih terang dari mereka semuan ( dasar
anak-anak ). Karena Waktu sudah semakin larut sore, dengan berat hati, akhirnya
saya dan Riska pun pamit pulang. Saya pun memeluk mereka satu persatu :'D dan
saya merasakan pelukan mereka begitu erat, sulit untuk melepaskan dan berpisah
dengan mereka semua. Saya benar-benar bahagia sekali bisa seharian bersama
mereka, sungguh moment yang sangat luar biasa hari itu. Terharu sekali, karena
mereka mengharapkan Saya dan Riska untuk hadir lagi disana di weekend weekend
selanjutnya. Saya pun sama, saya ingin mengajari mereka lagi, saya ingin
bermain bersama mereka lagi, dan saya ingin keseruan yang hari ini terjadi
dapat terulang lagi. Semoga Allah mengijinkannya... Aamiin..
Insyaallah jika ada lagi waktu, saya pasti menyempatkan
untuk hadir lagi disana,
Love you adik-adik baru ku :D
See you later :D
hahahaha XD koplak bgt yakk..lo mah enak baru dtg,lah gue?
BalasHapuspas gue dtg.tau2 udh ditagih uang listrik,gue cengo,anak baru cuyy XD
hahaha parah banget tuuhh
BalasHapusiya,gue kan ga tau apa yak,tau2 ditagih kayak gitu -_-
BalasHapus