Tampilkan postingan dengan label Pengetahuan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengetahuan. Tampilkan semua postingan

Keistimewaan Bulan Suci Ramadhan


Sesungguhnya Allah Ta’ala mengkhususkan bulan Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya dengan keutamaan yang agung dan keistimewaan yang banyak. Allah Ta’ala berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu yang hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” (QS. Al-Baqarah [2]: 185).
Di dalam ayat yang mulia ini, Allah Ta’ala menyebutkan dua keistimewaan bulan Ramadhan yang agung, yaitu:
Keistimewaan pertama, diturunkannya Al-Qur’an di dalam bulan Ramadhan sebagai petunjuk bagi manusia dari kegelapan menuju cahaya. Dengan kitab ini, Allah memperlihatkan kepada mereka kebenaran (al-haq) dari kebatilan.  Kitab yang di dalamnya terkandung kemaslahatan (kebaikan) dan kebahagiaan (kemenangan) bagi umat manusia, serta keselamatan di dunia dan di akhirat.
Keistimewaan ke dua, diwajibkannya berpuasa di bulan tersebut kepada umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika Allah Ta’ala memerintahkan hal tersebut dalam firman-Nya (yang artinya),” Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu(QS. Al-Baqarah [2]: 185)
Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam [1], di antara kewajiban yang Allah Ta’ala wajibkan, dan telah diketahui dengan pasti bahwa puasa Ramadhan adalah bagian dari agama, serta berdasarkan kesepakatan (ijma’) kaum muslimin. Barangsiapa yang mengingkarinya (kewajiban puasa Ramadhan), maka dia telah kafir.
Barangsiapa yang  berada di negeri tempat tinggalnya (mukim atau tidak bepergian) dan sehat, maka wajib menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya),” Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu” (QS. Al-Baqarah [2]: 185) Dan barangsiapa yang bepergian (musafir) atau sakit, maka wajib baginya mengganti puasa di bulan yang lain, sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)
Dari sini jelaslah bahwa tidak ada keringanan untuk tidak berpuasa di bulan tersebut, baik dengan menunaikannya di bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan kecuali bagi orang yang sudah tua renta atau orang sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya. Kedua kelompok tersebut tidaklah mampu berpuasa, baik di bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan. Bagi keduanya terdapat hukum (aturan) lain yang akan datang penjelasannya, in syaa Allah.
Dan termasuk di antara keutamaan bulan Ramadhan adalah apa yang dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
“Jika bulan Ramadhan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu” [2]
Hadits ini menunjukkan atas keistimewaan yang agung dari bulan yang penuh berkah ini, yaitu,
Pertama, dibukanya pintu-pintu surga di bulan Ramadhan. Hal ini karena banyaknya amal shalih yang disyariatkan di bulan tersebut yang menyebabkan masuknya seseorang ke dalam surga. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan” (QS. An-Nahl [16]: 32).
Kedua, ditutupnya pintu-pintu neraka di bulan ini, disebabkan oleh sedikitnya maksiat yang dapat memasukkan ke dalam neraka, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
فَأَمَّا مَنْ طَغَى (37) وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (38) فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى (39)
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya)” (QS. An-Nazi’at [79]: 37-39).
Dan juga firman Allah Ta’ala,
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya baginyalah neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya” (QS. Jin [72]: 23).
Ketiga, setan-setan dibelenggu di bulan Ramadhan. Setan tidak mampu untuk menggoda (menyesatkan) manusia, menjerumuskan manusia dalam kemaksiatan, atau memalingkan manusia dari amal shalih, sebagaimana yang setan lakukan di selain bulan Ramadhan. Tercegahnya manusia -di bulan yang penuh berkah ini- dari melakukan berbagai hal yang keji merupakan rahmat untuk kaum muslimin, sehingga mereka pun memiliki kesempatan untuk mengerjakan berbagai amal kebaikan dan menghapus dosa-dosa mereka.
Dan termasuk dalam keutamaan bulan yang penuh berkah ini adalah dilipatgandakannya amal kebaikan di dalamnya. Diriwayatkan bahwa amalan sunnah di bulan Ramadhan memiliki pahala yang sama dengan amal wajib. Satu amal wajib yang dikerjakan di bulan ini setara dengan 70 amal wajib. Barangsiapa yang memberi buka puasa untuk seorang yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka, dan baginya pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala oarang yang berpuasa tersebut sedikit pun.
Semua kebaikan, berkah, dan anugerah ini diberikan untuk kaum muslimin dengan datangnya bulan yang penuh berkah ini. Oleh karena itu, hendaklah kaum muslimin menyambut bulan ini dengan kegembiraan dan keceriaan, memuji Allah yang telah mempertemukannya (dengan bulan Ramadhan), dan meminta pertolongan kepada-Nya untuk dapat berpuasa dan mengerjakan berbagai amal shalih di bulan Ramadhan.
Sesungguhnya Ramadhan adalah bulan yang agung dan mulia, bulan yang penuh berkah bagi umat Islam. Kami memohon kepada Allah Ta’ala untuk menganugerahkan keberkahan bulan Ramadhan kepada kami. [3]
***
Selesai diterjemahkan di siang hari, Sint-Jobskade Rotterdam NL, Sabtu 5 Sya’ban 1436
Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,
Penerjemah: M. Saifudin Hakim

Catatan kaki:
[1] Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun di atas lima perkara, (1) syahadat bahwasannya tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah; (2) mendirikan shalat; (3) menunaikan zakat; (4) berhaji; dan (5) puasa Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 7 dan Muslim no. 16)
[2] HR. Bukhari no. 1898, 1899 dan Muslim no. 1079.
[3] Diterjemahkan dari: Ittihaaf Ahlil Imaan bi Duruusi Syahri Ramadhan, karya Syaikh Dr. Shalih Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Daar ‘Ashimah Riyadh KSA, cetakan ke dua, tahun 1422, hal. 135-137.

Sumber : muslim.or.id

INTEGRITY



Integritas adalah satu kata dengan perbuatan, dia berkata jujur dan tentu saja tidak akan bohong. Dalam hal ini Stephen R.Covey membedakan antara kejujuran dan integritass “honesty is telling the truth, in other word, conforming our words reality-integrity is conforming to our words, in other words, keeping promises and ful-filling expectations.”  Kejujuran berarti menyampaikan kebenaran, ucapannya sesuai dengan kenyataan. Sedang integritas membuktikan tindakannya sesuai dengan ucapannya. Orang yang memiliki integritas dan kejujuran adalah orang yang merdeka. Mereka menunjukan keauntetikan dirinya sebagai orang yang tanggung jawab dan berdedikasi.


Definisi lain : Integritas (Integrity) adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam keadaan yang sulit untuk melakukan ini. Dengan kata lain, “satunya kata dengan perbuatan”. Mengkomunikasikan maksud, ide dan perasaan secara terbuka, jujur dan langsung sekalipun dalam negosiasi yang sulit dengan pihak lain.


Kata integritas pada dasarnya berarti berintegrasi seputar prinsip. Integritas berarti keutuhan. Karena itulah orang yang menunjukkan integritas sejati tidak bersikap jujur karena situasi atau ”sekali-kali” saja. Integritas adalah pilihan setiap hari, gaya hidup setiap hari. Integritas adalah konsisten dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Integritas berarti kita melakukan apa yang kita lakukan karena hal tersebut benar dan bukan karena sedang digandrungi orang. Kejayaan orang-orang besar harus selalu diukur dari cara yang mereka gunakan untuk mencapai kejayaan tersebut. Ingat ”Waktunya selalu tepat untuk melakukan hal yang benar”
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah " kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu" (QS.41:30)

Just Think >>>> Tanpa integritas, motivasi menjadi berbahaya; tanpa motivasi, kapasitas menjadi tak berdaya; tanpa kapasitas, pemahaman menjadi terbatas; tanpa pemahaman pengetahuan tidak ada artinya; tanpa pengetahuan, pengalaman menjadi buta.
Kesimpulannya, integritas adalah kompas yang mengarahkan perilaku seseorang. Integritas adalah gambaran keseluruhan pribadi seseorang (integrity is who you are).

Mengapa saya kali ini membahas mengenai integrity ??
Karena hati saya sakit melihat sebagian banyak orang yang bahkan diantara mereka ialah orang orang yang saya kenal yang masih belum bisa menjunjung nilai penting ini.
Masih belum ada kesadaran, masih belum ada kedewasaan...
Hanya memandang hal dengan sebelah mata, hanya menilai sesuatu dengan satu sisi.
Tak perlu jauh jauh memikirkan integrity orang lain.
Ketika diri saya sendiri sedang berusaha untuk menjunjung nilai integrity ini, banyak diantara mereka yang malah menyalahkan, mencibir, dan bahkan mengacuhkan saya.
Selalu.... disaat saya menganggap bahwa prinsip ini benar, disaat saya mencoba untuk terus selalu menerapkan nilai integrity, beberapa malah terus menyalahkan dan memarahi saya. Disinilah saya mengerti arti Integrity sebenarnya.
Tak semua orang bisa menerima.
Tak semua orang bisa memahami.
Dan inilah rintangannya...

Terkadang saya merasa benar benar sakit, ketika saya melakukan sesuatu dengan jujur dan benar, saya malah mendapatkan respon yang kurang mengenakkan dari sebagian orang.
Ingatlah.. bahwa kita semua ini selalu di awasi oleh Sang Maha Pencipta...
Jika itu salah, maka beranilah untuk mengatakan bahwa itu salah...
Karena sahabat yang baik ialah mereka yang selalu menegurmu apabila kamu melakukan suatu tindakan yang salah.. bukan malah membantu dan menutupi kesalahan mu itu.

coba pahamilah maksud pesan saya ini dengan judul artikel saya diatas.
Just think aobut it...!!
Keep Your Integrity..
Sekalipun mereka menjauhkan mu...
Tak usah merasa takut..
Percaya...! bahwa apa yang kita lakukan adalah BENAR

Pengalaman "Kami" di Festival Gerakan Indonesia Mengajar



Pada hari Minggu tanggal 5 Oktober 2013, kami ( Mahasiswa ESQ Business School ) mengikuti kegiatan Festival Gerakan Indonesia Mengajar yang diselenggarakan di Ecovention, Ancol ( salah satu kegiatan dan tugas dari Mata Kuliah Diversity and Wisdom ). Sesampainya di lokasi acara ( sekitar pukul  10.00 WIB ) kami mengantri untuk mengambil name tag dan stiker. Nama tag tersebut ketika dibuka dan dilebarkan terdapat peta dari kegiatan Festival Indonesia Mengajar dan stiker yang kami dapatkan nantinya akan ditempelkan di papan apresiasi setelah acara selesai. Setelah itu, kami mengantri lagi untuk masuk ke dalam gedung acara. Ketika kami masuk, kami disajikan oleh video profile dari Indonesia Mengajar. Setelah menonton video, kami langsung bergegas ke kelas masing-masing. Kelompok kami,langsung bergegas ke kelas Kemas-Kemas Sains. Sesampainya disana, ketika kami ingin masuk ke kelas tersebut, tiba-tiba panitia mengumumkan ada upacara bendera terlebih dahulu. Kami semua peserta festival Gerakan Indonesia Mengajar mengikuti upacara bendera selayaknya anak sekolahan dan upacara dipimpin oleh anak-anak pramuka dari Bogor. Setelah upacara, kami langsung bergegas kembali ke kelas Kemas-kemas Sains. Di kelas Kemas-kemas Sains para relawan akan membuat 6 eksperimen yaitu, katrol sederhana, mobil tenaga angin, papan Armansyah, kompor matahari, alat pendeteksi banjir, dan badan si Badun. Hasil produk-produk ini akan dikirimkan ke 126 SD di seluruh nusantara dari Sabang sampai Merauke. Sesampainya di kelas, kami dimnta untuk membuat satu kelompok yang beranggota 10 orang karena kami hanya 6 orang dari ESQ Business School kami bergabung dengan 4 relawan lainnya. Setelah itu, kami dibagi lagi menjadi 2 kelompok. Fasilitator ( orang yang memandu kami saat dikelas Kemas Kemas sains ) mengambil 2 kertas undian yang berisikan judul eksperimen yang mana nantinya akan kami kemas. Kelompok pertama mendapatkan kesempatan untuk mengemas mobil tenaga angin, sedangkan kelompok kedua mengemas papan armansyah. Kemudian, kami segera bergegas untuk mengambil peralatan dan perlengkapan untuk mengemas. Di kelompok pertama terjadi misscommunication dengan fasilitator, jadi kelompok pertama sudah membuat 5 buah mobil tenaga angin tetapi tiba-tiba fasilitator menghampiri kelompok pertama yang sedang kerja bakti untuk membuat 20 kit mobil dengan waktu 15 menit Fasilitator mengatakan bahwa kami disini hanya mengemas barang-barangnya, bukan membuat 20 kit mobil tersebut kalaupun membuat hanya satu atau dua buah saja sebagai salah satu contoh, fasilitator memohon maaf atas kesalahan penyampaiannya. kelompok satu pun akhirnya mengulang kerja baktinya dan menyelesaikan dengan cepat. Di sudut lain, kelompok kedua pun dengan cepat mengemas bahan-bahan untuk membuat papan armansyah,namu kesalahan teknis juga terjadi disana, mereka tidak mengemas cover dan langkah kerjanya ( lagi-lagi fasilitatornya kurang jelas dalam memberikan informasinya kepada kami ). Setelah mengemas, kami berkumpul dan sharing apa yang sudah kami lakukan. Ternyata di kedua kelompok sama-sama mengalami kesalahan. Menurut kami, kesalahannya terletak pada fasilitator. Dia cenderung cepat-cepat dalam menjelaskan dan tidak jelas dalam menyampaikan tujuannya sehingga dari 10 relawan tidak ada satupun yang mengerti dengan benar penjelasan fasilitator akbiatnya kemas-kemas yang kami lakukan kurang maksimal. Namun, kami bangga dan bahagia karena melalui tenaga dan kerja bakti kami ini, kami dapat membuat sebuah eksperimen dan mengemas bahan-bahan tersebut ke Sekolah Dasar yang berada di pelosok sana. Kegiatan Festival GIM ini benar-benar sangat berkesan dan bermanfaat sekali buat kami. Semoga dilain waktu, kami Mahasiswa ESQ Business School bisa diajak kembali untuk berpartisipasi di kegiatan sosial seperti ini...



Suasana di kelas Kemas-Kemas Sains

ini Kami di Festival GIM


didalam kelas Kemas-Kemas Sains

Bagas sembari menunjukkan hasil eksperimen Mobil Tenaga Angin di Koran XD





Proses Kemas-Kemas bahan Mobil Tenaga Angin


Kami ( Ryan,Annisa,Fikri) saat pembuatan Papan Armansyah




WAWW.. Seru sekali :D mengemas-ngemas bahan bahan untuk adik adik kita disana :D mudah mudahan kerja bakti kita ini dapat membantu mereka


Papan Armansyah


SALAM MANIS DARI KAMI, KELOMPOK 6 ( Dwi, Indah, Riyan, Annisa, Fikri, dan Bagas )
Semoga para pembaca dapat mengikuti event-event sosial dan bermanfaat seperti ini ^^ Pengalaman kami di Festival GIM benar-benar tak terlupakan... sehari penuh keseruan dan kebahagian... seru bersama relawan-relawan lain melakukan kerja bakti bersama-sama...... dan bahagia karena kami bisa membantu Adik-adik SD yang jauh disana.

THANK's to ALLAH SWT
ESQ BUSINESS SCHOOL
KELOMPOK 6
IBU LELI DESWINDI ( Dosen Mata kuliah Diversity and Wisdom )
and GERAKAN INDONESIA MENGAJAR

Hati-hati Salah Kaprah Pengucapan "Subhanallah"

Huahhh T_T
pas baca artikel dibawah ini, saya baru tahu bahwa saya memang termasuk dalam kategori orang yang salah kaprah dalam mengucapkan Subhanallah..
Biasanya kalau saya mendengar,membaca atau menyaksikan sesuatu yang membuat saya takjub, spontan saya selalu mengucapkan Subhanallah...  padahal seharusnya saya mengucapkan Masyaallah.. :(
Apa temen temen juga sama seperti saya ?? kalau Iya.. saya anjurkan temen-temen baca Artikel dibawah ini ^^biar temen-temen bisa tahu alasan dari salah kaprah ini ^^
Bismillah... mudah-mudah an gak pada salah kaprah lagi yahh :D

Selama ini kita suka “tertukar” mengucapkan kata Subhanallah (Mahasuci Allah) dan Masya Allah (Itu kehendak Allah). Kalau kita takjub, kagum, atau mendengar hal baik dan melihat hal indah, biasanya kita mengatakan Subhanallah sebagai bentuk apresiasi. Padahal, seharusnya mengucapkan Masya Allah, yang bermakna “hal itu terjadi atas kehendak Allah”
Subhanallah tepatnya digunakan untuk mengungkapkan “ketidak setujuan atas sesuatu”. Misalnya, begitu mendengar ada kejahatan atau kemaksiatan, kita katakanSubhanallah (Mahasuci Allah dari keburukan demikian) selain istighfar.
Masya Allah
Artinya, “Allah telah berkehendak akan hal itu”. Ungkapan kekaguman kepada Allah dan ciptaan-Nya yang indah lagi baik. Menyatakan “semua itu terjadi atas kehendak Allah”.
Diucapkan bila seseorang melihat hal yang baik dan indah. Ekspresi penghargaan sekaligus pengingat bahwa semua itu bisa terjadi hanya karena kehendak-Nya.
“Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu “Maasya Allah laa quwwata illa billah” (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan?” (QS. Al-Kahfi: 39).
Subhan Allah
Saat mendengar atau  melihat hal buruk/jelek, ucapkan Subhanallah sebagai penegasan: Allah Mahasuci dari keburukan tersebut.
Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Suatu hari aku berjunub dan aku melihat Rasulullah Saw berjalan bersama para sahabat, lalu aku menjauhi mereka dan pulang untuk mandi junub. Setelah itu aku datang menemui Rasulullah Saw. Beliau bersabd : ‘Wahai Abu Hurairah, mengapakah engkau malah pergi ketika kami muncul?’ Aku menjawab: ‘Wahai Rasululla , aku kotor (dalam keadaan junub) dan aku tidak nyaman untuk bertemu kalian dalam keadaan junub.  Rasulullah Saw bersabda:Subhanallah, sesungguhnya mukmin tidak najis” (HR. Tirmizi). “Sesungguhnya mukmin tidak najis” maksudnya, keadaan junub jangan menjadi halangan untuk bertemu sesama Muslim.
Dalam Al-Quran, ungkapan Subhanallah digunakan dalam menyucikan Allah dari hal yang tak pantas (hal buruk), misalnya “Mahasuci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan, mereka persekutukan”, juga digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal menjijikkan semacam syirik (QS. 40-41).
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: ”Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?” Malaikat-malaikatitu menjawab: “Mahasuci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu”. (QS. Saba’: 40-41).
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau (dari menciptakan hal yang sia-sia), maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran:109).
Kesimpulannya, ungkapan Subhaanallah dianjurkan setiap kali seseorang melihat sesuatu yang tidak baik, bukan yang baik-baik atau keindahan. Dengan ucapan itu, kita menegaskan bahwa Allah Swt Mahasuci dari semua keburukan tersebut. Masya Allah  diucapkan bila seseorang melihat yang indah-indah.  Wallahu a’lam.

sumber

Batasan pergaulan Pria dan Wanita

Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita saling mengingatkan :')
terlebih mengingatkan saudara saudari kita dalam kasus yang akan saya bahas sekarang ini, kasus ini pasti selalu melanda para ABG ABG,Remaja-remaja dan pemuda pemudi muslimin semua :')
Oleh karena itu, saya mencoba untuk memberikan artikel mengenai ini, mudah mudah an kalian yang membaca.... tergugah hatinya untuk senantiasa menjaga diri dari lawan jenis nya :') Bergaul ? tentu saja boleh :) tapi dalam islam semua itu ada batas batas nya.. Ingat... dalam Islam semua itu ada aturannya, termasuk aturan dalam Pergaulan antara Pria dan Wanita.. antara Ikhwan dan Akhwat :)
Kalian muslim kan?? coba belajar dari sekarang untuk senantiasa menjaga diri dari hal hal yang Islam sendiri melarangnya.
yooo..dibaca yaa artikelnya :')
Bismillahirrahmanirrahim......

Islam menetapkan beberapa kriteria syar’i pergaulan antara laki-laki dan perempuan untuk menjaga kehormatan, melindungi harga diri dan kesuciannya. Kriteria syar’i itu juga berfungsi untuk mencegah perzinahan dan sebagai tindakan prefentif terjadinya kerusakan massal.

Di antaranya, Islam mengharamkan ikhtilath (bercampur laki-laki dan perempuan dalam satu tempat) dan kholwat (berduaan saja antara laki-laki dan perempuan), memerintahkan adanya sutroh (pembatas) yang syar’i dan menundukkan pandangan, meminimalisir pembicaraan dengan lawan jenis sesuai dengan kebutuhan, tidak memerdukukan dan menghaluskan perkataan ketika bercakap dengan mereka, dan keriteria lainnya.

Perkara-perkara ini, menjadi kaidah yang penting untuk kebaikan semuanya. Tidak seperti ocehan para penyeru ikhtilath, sesunguhnya perkara ini berbeda antara satu dengan lainnya, atau satu kebudayaan dengan lainnya, dan pengakuan lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dan realita.

Interaksi dan komunikasi antara laki-laki dan perempuan sebenarnya boleh-boleh saja, dengan syarat wanitanya tetap mengenakan hijabnya, tidak memerdukan suaranya, dan tidak berbicara di luar kebutuhan. Adapun jika wanitanya tidak menutup diri serta melembutkan suaranya, mendayu-dayukannya, bercanda, bergurau, atau perbuatan lain yang tidak layak, maka diharamkan. Bahkan bisa menjadi pintu bencana, kuburan penyesalan, dan menjadi penyebab terjadinya banyak kerusakan dan keburukan.

Berhati-hatilah, karena syetan terkadang menipu seseorang dengan merasa agamanya kuat tidak terpengaruh dengan percakapan itu. Padahal dia sedang terjerumus pada jerat kebinasaan dan berada di atas jalan kesesatan. Realita adalah saksi terbaik. Betapa banyak orang menentang petunjuk Nabi SAW dengan melanggar larangannya akhirnya ia tercampak di lembah kehinaan dan kenistaan.

Barangsiapa yang tidak memiliki hajat untuk berinteraksi dengan lawan jenis, maka menjauhinya itu jauh lebih baik dan selamat. Jika ada kebutuhan, wajib bagi semua kaum muslimin untuk menetapi ketentuan syar’i, diantaranya:

Ghodhdhul Bashor (menundukkan pandangan) berdasarkan firman Alloh Ta’ala: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat,” (QS An-Nuur:30).
Tidak berduaan dengan wanita asing (bukan mahrom dan bukan istrinya). Dalam Shohih al-Bukhori, dari Ibnu Abbas RA, Nabi SAW bersabda: “Tidak boleh seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali dia (wanita tadi) ditemani mahramnya”.
Berusaha agar tidak ikhtilath dengan gadis yang bisa menyebabkan fitnah. Dari Abu Sa’id bin Musayyab al-Khudri RA, bahwa Rosululloh SAW bersabda: “Sesungguhnya dunia itu manis dan indah. Alloh menjadikan kalian berkuasa atasnya, untuk melihat apa yang kalian perbuat. Bertaqwalah (takutlah) terhadap dunia dan wanita,” (HR Muslim).
Dalam Shohihain, dari Usamah, Rosululloh SAW bersabda: “Tidaklah aku tinggalkan suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnah wanita".
Tidak bersalaman dengan wanita yang bukan mahrom, karena diharamkan. Dalam Al-Mu’jam Al-Kabir milik Imam Ath-Thabroni, dari Ma’qil bin Yasar berkata, Rosululloh SAW bersabda: “Andaikata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya".
Alloh telah memerintahkan beberapa adab yang agung kepada para istri Nabi SAW dan segenap wanita umat ini masuk di dalamnya. “Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik,” (QS Al-Ahzab: 32).

Dalam ayat itu, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa hati yang sakit tidak bisa bertahan dan bersabar diri dari sebab kecil yang mengundang keharaman, walau hanya suara yang halus dan lembut. Karena sudah menjadi sarana keharaman maka dilarang, mereka diwajibkan untuk tidak melembutkan perkataan ketika berbicara dengan laki-laki. Karena sarana memiliki hukum seperti tujuan atau asalnya.




Edisi Romadhon : Khusus Akhwat dan Ikhwan yang Berta'aruf di Dunia Maya

Bismillahirrahmanirrahim...

Insyaallah selama bulan Romadhon ini, saya akan lebih sering menyuguhkan postingan-postingan islami buat Akhi dan Ukhti semua :)


Kali ini, saya berinisiatif untuk menyuguhkan artikel mengenai :

Berta'aruf di Dunia Maya XD
maaf sekali karena artikel masih bersumber dari orang lain :')
saya masih belum mampu kalau harus menulis sesuatu apalagi yang berhubungan dengan  islam hihi..
Ilmu saya masih amat teramat sedikit :') jadi, saya hanya bisa memberikan ilmu dan pengetahuannya melalui cara ini.
Silahkan dibaca teman-teman semua :') mudah-mudahan bermanfaat :D

yooo...

Renungan Buat Ikhwan-Akhwat yang Berta'aruf di Dunia Maya
“Ukhti, aku tertarik ta’aruf sama anti.” Itulah kalimat yang sering diadukan oleh para akhwat yang penulis kenal. Dalam satu minggu bisa ada dua tawaran ta’aruf dari ikhwan dunia maya. Berdasarkan curhat para akhwat, rata-rata si ikhwan tertarik pada akhkwat melalui penilaian komentar akhwat.
Banyaknya jaringan sosial di dunia maya seperti facebook, yahoo messenger, dll, menjadikan akhwat dan ikhwan mudah berinteraksi tanpa batas.
Begitu lembut dan halusnya jebakan dunia maya, tanpa disadari mudah menggelincirkan diri manusia ke jurang kebinasaan.
Kasus ta’aruf ini sangat memprihatinkan sebenarnya. Seorang bergelar ikhwan memajang profil islami, tapi serampangan memaknai ta’aruf. Melihat akhwat yang dinilai bagus kualitas agamanya, langsung berani mengungkapkan kata ‘ta’aruf’, tanpa perantara.
Jangan memaknai kata “ta’aruf” secara sempit, pelajari dulu serangkaian tata cara ta’aruf atau kaidah-kaidah yang dibenarkan oleh Islam. Jika memakai kata ta’aruf untuk bebas berinteraksi dengan lawan jenis, lantas apa bedanya yang telah mendapat hidayah dengan yang masih jahiliyah? Islam telah memberi konsep yang jelas dalam tatacara ta’aruf.
Suatu ketika ada sebuah cerita di salah satu situs jejaring sosial, pasangan akhwat-ikhwan mengatakan sedang ta’aruf, dan untuk menjaga perasaan masing-masing, digantilah status mereka berdua sebagai pasutri, sungguh memiriskan hati. Pernah juga ada kisah ikhwan-akhwat yang saling mengumbar kegenitan di dunia maya, berikut ini petikan obrolannya:
“Assalamualaikum ukhti,” Sapa sang ikhwan.
“‘Wa’alikumsalam akhi,” Balas sang akhwat.
“Subhanallah ukhti, ana kagum dengan kepribadian anti, seperti Sumayyah, seperti Khaulah binti azwar, bla bla bla bla…” puji ikhwan tersebut.
Apakah berakhir sampai di sini? Oh no…. Rupanya yang ditemui ini juga akhwat genit, maka berlanjutlah obrolan tersebut, si ikhwan bertanya apakah si akhwat sudah punya calon, lantas si akhwat menjawab.
“Alangkah beruntungnya akhwat yang mendapatkan akhi kelak.”
Sang ikhwan pun tidak mau kalah, balas memuji akhwat. “Subhanallah, sangat beruntung ikhwan yang mendapatkan bidadari dunia seperti anti.”
....Banyaknya jaringan sosial di dunia maya menjadikan akhwat dan ikhwan mudah berinteraksi tanpa batas. Ikhwannya membabi buta, akhwatnya terpedaya....
Owh mengerikan, berlebay-lebay di dunia maya, syaitan tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Lalu tertancaplah rasa, bermekaran di dada dua sejoli tersebut, yang belum ada ikatan pernikahan.
Dengan bangganya sang ikhwan menaburkan janji-janji manis, akan mengajak akhwat hidup di planet mars, mengunjungi benua-benua di dunia. Hingga larutlah keduanya dalam janji-janji lebay.
Ikhwannya membabi buta, akhwatnya terpedaya……a’udzubillah, bukan begitu ta’aruf yang Rasulullah ajarkan.
Wahai Ikhwan, Jangan Permainkan Ta’aruf!
Muslimah  itu mutiara, tidak sembarang orang boleh menyentuhnya, tidak sembarang orang boleh memandangnya. Jika kalian punya keinginan untuk menikahinya, carilah cara yang baik yang dibenarkan Islam. Cari tahu informasi tentang akhwat melalui pihak ketiga yang bisa dipercaya. Jika maksud ta’arufmu untuk menggenapkan separuh agamamu, silakan saja, tapi prosesnya jangan keluar dari koridor Islam.
....Wahai ikhwan, relakah jika adikmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan bukan?....
Wahai ikhwan, relakah jika adikmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan bukan? Jagalahizzah muslimah, mereka adalah saudaramu. Pasanglah tabir pembatas dalam interaksi dengannya. Pahamilah, hati wanita itu lembut dan mudah tersentuh, akan timbul guncangan batin jika jeratan yang kalian tabur tersebut hanya sekedar main-main.
Jagalah hati mereka, jangan banyak memberi harapan atau menabur simpati yang dapat melunturkan keimanan mereka.
Mereka adalah wanita-wanita pemalu yang ingin meneladani wanita mulia di awal-awal Islam, biarkan iman mereka bertambah dalam balutan rasa nyaman dan aman dari gangguan JIL alias Jaringan Ikhwan Lebay.
Wahai Ikhwan,
Ini hanya sekedar nasihat, jangan mudah percaya dengan apa yang dipresentasikan orang di dunia maya, karena foto dan kata-kata yang tidak kamu ketahui kejelasan karakter wanita, tidak dapat dijadikan tolak ukur kesalehahan mereka, hendaklah mengutus orang yang amanah yang membantumu mencari data dan informasinya.
....luasnya ilmu yang engkau miliki tidak menjadikan engkau mulia, jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis....
Wahai ikhwan, luasnya ilmu yang engkau miliki tidak menjadikan engkau mulia, jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis.
Duhai Akhwat, Jaga Hijabmu!
Duhai akhwat, jaga hijabmu agar tidak runtuh kewibaanmu. Jangan bangga karena banyaknya ikhwan yang menginginkan taaruf. Karena ta’aruf yang  tidak berdasarkan aturan syar’i, sesungguhnya sama saja si ikhwan meredahkanmu. Jika ikhwan itu punya niat yang benar dan serius, tentu akan memakai cara yang Rasulullah ajarkan, dan tidak langsung menembak kalian dengan caranya sendiri.
Duhai akhwat, terkadang kita harus mengoreksi cara kita berinteraksi dengan mereka, apakah ada yang salah hingga membuat mereka tertarik dengan kita? Terlalu lunakkah sikap kita terhadapnya?
Duhai akhwat, sadarilah, orang-orang yang engkau kenal di dunia maya tidak semua memberikan informasi yang sebenarnya, waspadalah, karena engkau adalah sebaik-baik wanita yang menggenggam amanah Ilahi. Jangan mudah terpedaya oleh rayuan orang di dunia maya.
....berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram....
Duhai akhwat, berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram, biarkan apa yang ada di dirimu menjadi simpanan manis buat suamimu kelak.
Duhai akhwat, ta’aruf yang sesungguhnya haruslah berdasarkan cara Islam, bukan dengan cara mengumbar rasa sebelum ada akad nikah. [Yulianna PS/voa-islam.com]



Sulitnya Menahan Hawa Nafsu

Disyariatkannya puasa sesungguhnya merupakan bagian dari pelestarian ajaran agama-agama sebelumnya. Hal itu tentu bisa dilihat dari perintah menjalankan puasa di dalam teks al-Qur’an bahwa puasa juga dilakukan oleh umat sebelum Islam. Jadi ketika Islam diwahyukan kepada Muhammad saw yang tidak lain adalah penerus agama hanif, maka Islam juga mengambil sebagian hukum dan tradisi di dalam agama-agama sebelumnya, baik yang menambah atau mengurangi atau bahkan menetapkan ajaran agama yang sudah pernah ada.
Puasa merupakan tradisi di dalam agama-agama. Agama monotheis telah menjadikan puasa sebagai bagian penting di dalam ajarannya. Yahudi, Nasrani dan Islam memiliki tradisi puasa. Ada yang melakukan puasa dengan pantangan makanan tertentu. Jadi puasa sesungguhnya memiliki genealogi teks di dalam agama-agama semitis lainnya.
Islam di dalam syariat puasa telah menentukan bahwa puasa dilakukan pada bulan Ramadlan selama sebulan penuh. Di dalam puasa dilarang untuk makan, minum dan melakukan relasi seksual di siang hari. Di sini disebut sebagai rukun puasa. Hal itu telah dituangkan di dalam Surat Al Baqarah, ayat 187. Dari ayat ini juga diperoleh gambaran bahwa tujuan disyariatkannya puasa adalah untuk tujuan bertaqwa.
Jika puasa hanya untuk mencegah tiga hal itu, bisa jadi banyak orang yang mampu melakukannya. Ada banyak orang yang kuat untuk melakukannya. Asalkan sehat secara fisik maka pastilah akan kuat untuk menahan tidak makan dan minum selama 8,5 jam. Tinggal menahan tidak melakukan hubungan seks, yang juga pasti bisa dilakukan. Akan tetapi yang sulit adalah menahan hawa nafsu, misalnya membicarakan aib orang, mencibir, mentertawakan, sikap iri yang bercorak keduniawian,  menggunjingkan orang dan sebagainya. Terhadap hal inilah yang “rasanya” jauh lebih sulit mengatasinya dibandingkan dengan menahan makan, minum dan berhubungan seks.
Nabi Muhammad saw dalam suatu momen pasca Perang Badar –perang terbesar dalam sejarah Islam—menyatakan dalam suatu ungkapan bebas, bahwa “kita baru saja menyelesaikan peran kecil dan akan berperang yang lebih besar ialah perang melawan hawa nafsu”.    Jadi berperang melawan hawa nafsu ternyata lebih besar dan sulit dalam pandangan Nabi Muhammad saw dibandingkan dengan Perang Badar tersebut.
Dewasa ini kita sedang hidup di tengah tantangan globalisasi yang meniscayakan segala sesuatu terjadi. Tantangan budaya permisiveness –serba boleh—yang dilansir oleh dunia barat, tantangan akses ekonomi yang sulit, tantangan politik yang semakin jauh dari moralitas dan sebagainya merupakan problem pelik. Tantangan   puasa yang sesungguhnya adalah bagaimana menghadapi tantangan yang besar seperti itu. Makanya puasa lalu seharusnya menjadikan kita kritis dalam menghdapi hal tersebut. Kita tidak bisa mengikuti budaya barat yang permisiveness tanpa reserve atau menolak secara apriori. Di sini diperlukan kearifan agar kita menjadi kritis.
Oleh karena itu, puasa tidak hanya diartikan sebagai menahan makan, minum dan hubunga seks. Jika hanya itu,  maka makna puasa akan tereduksi secara fisikal. Padahal puasa tersebut memiliki makna spiritual yaitu kemampuan untuk menahan hawa nafsu di era seperti sekarang.
Jadi berpuasa sekarang jauh lebih berat dibanding puasa di masa lalu, sebab tantangan puasa semakin kompleks.
Wallahu a’lam bi al shawab.



Berjilbab dan Akhlak

Bismillahirrahmanirrahim........

Kali ini saya akan memberikan bacaan kepada ukhti semua ^^ mengenai "Berjilbab dan Akhlak"
Karena perlu diketahuilah wahai saudari saudari ku ^^ sekarang-sekarang ini banyak sekali tanggapan tanggapan yang tidak enak mengenai muslimah yang mengenakan jilbab.
Sebagian orang yang sepertinya menolak jilbab XD itu sering sekali mengait ngaitkan Jilbab seseorang dengan akhlaknya.... misaaal :
"Percuma pakai jilbab kalau kelakuannya aja kaya gitu"
"Penampilannya aja alim,pakai jilbab.. tapi perilakunya gak banget"

Sebenarnya,berjilbab dengan akhlak atau perilaku memang lah berbeda Ukhti :') malahan tidak ada hubungannya sama sekali
Tidak semuanya akhwat yang berjilbab itu akhlak nya baik,tapi memang sudah sebaiknya.. kita sebagai muslimah yang menjalankan salah satu kewajibannya dengan berjilbab juga dibarengi oleh akhlak yang baik pula.

Untuk lebih lengkapnya mengenai Hubungan berjilbab dan Akhlak..
silahkan baca penjelasan dibawah ini :D

>>>>>>>

Dalam pandangan masyarakat kita, bahwa wanita berjilbab, adalah wanita yang identik memiliki tatakrama baik, wanita yang santun, yang kalem, rajin shalat, rajin berderma, sering hadir majlis pengajian dan berbagai predikat keshalihahan lainnya.
Oke, boleh jadi sebagian besar wanita berkerudung seperti itu. Sebaliknya, muslimah yang tak berkerudung, meski akhlaknya baik, tentu saja dipandang tak sebaik muslimah berkerudung, hal yang lumrah dan spontanitas terlintas dalam benak.
Akibatnya, jika ada kebetulan wanita berjilbab melakukan sesuatu yang kontradiktif dengan jilbabnya itu, seketika penilaian masyarakat menjadi njomplang sangat negatif sekali. Dan tentu saja jilbabnya seketika menjadi objek atas tindakan yang tak sesuai dengan moral pemakai jilbab. “Jilbaban tapi kok gitu".
Akhirnya, sebagian muslimah yang tidak berjilbab pun, memilih tetap bertahan pada pilihannya, dengan pikiran sangat sederhana sekali, daripada aku tidak bisa menjaga sikapku saat mengenakan jilbab, lebih baik aku tidak mengenakannya sekalian, biarlah aku menjilbabi hatiku terlebih dahulu. Ntar aja jilbaban kalau udah mau wafat. ( Astagfirullah )
Menjilbabi hati, kalimat yang mendadak populer setelah boomingnya film ayat-ayat cinta, kalimat yang bisa jadi sudah lama berdengung tetapi dipopulerkan oleh Rianti Cartwright, ini setahuku.
Sebenarnya, fenomena di atas (pengidentikan jilbab dengan keshalihahan) adalah kesalahan pemahaman umum (salah kaprah) dalam masyarakat kita soal hubungan jilbab dengan akhlak. Oke, memang wanita yang shalihah, yang menjalankan agamanya dengan baik, tentu saja mengaplikasikan segenap perintah agamanya terhadap dirinya semampu dia, salah satunya adalah berjilbab ini.
Tetapi aku berani mengatakan, bahwa sebenarnya tak ada hubungan sama sekali antara jilbab dan berakhlak baik. Lhoh kok bisa?
Berjilbab, adalah murni perintah agama yang berhubungan dengan pribadi muslimah itu. Yakni, jilbab adalah kewajiban baginya dengan tanpa melihat apakah moralnya baik ataupun buruk. Jadi selama dia muslimah, maka berjilbab adalah kewajiban.
Tentu saja, jika ada muslimah tak berjilbab, itu pilihan dia, tetapi tentu sebuah konsekwensi dan merupakan kebijakan, apabila seseorang tidak menjalankan perintah, maka resikonya adalah sanksi. Dan sanksi syariat tentu saja adalah dosa.
Memang, bermoral baik adalah tuntutan sosial, di samping tentu ajaran agama. Akan tetapi semua kewajiban dalam agama, sekaligus larangan-larangannya, adalah tidak berhubungan dengan akhlak itu. Salah satunya ya masalah jilbab ini.
So, okelah seorang muslimah bilang, cukup aku jilbabi hati. Tetapi dia tetap harus mengakui bahwa berjilbab adalah wajib baginya. Siap tidak siap, baik tidak baik, kewajiban muslimah adalah berjilbab (dalam konteks bahasa umum, menutup aurat)
Catatan ini tidak menyoroti dan tidak mengangkat soal pendapat lucu yang menyatakan bahwa jilbab itu tidak wajib sebab hanya budaya arab. Komentar pendek saja, orang yang bilang seperti ini, tidak memahami sejarah dan tidak memahami teks syariat itu dengan baik. Argumen bertele-telenya dengan berusaha melogikakan ayat melalui permainan nahwu, ushul fiqh, mantiq, hanya membuat bahan tertawaan saja.
Kan ada tuh profesor besar lulusan timur tengah yang juga berpendapat gitu sehingga anak perempuannya tidak berjilbab. Catat, agama ini tidak melihat sosok, tidak melihat label seseorang. Meski besarnya pangkat seseorang itu seperti apa, kalau salah dalam tata cara memandang, maka tetaplah salah.
Well, kembali pada bahasan awal berhubungan dengan jilbab dan moral, jadi kalau kita surfing di internet dan kebetulan melewati judul-judul aneh semacam “jilbab bugil", “berjilbab tapi telanjang", “Sex jilbab", “skandal bokep gadis jilbab", atau di keseharian kita menemukan cewek berjilbab tapi bergaulnya dengan lawan jenis sangat Laa Haula wa laa quwwata illa billah, ngakak-ngakak, meluk-meluk, jalan bergandengan, bergoncengan, maka jangan terlalu heran, dan cepat-cepat memvonis jilbaban kok rusak gitu.
Karena sekali lagi, moralitas tak ada hubungan dengan jilbab, meski tentu saja dituntut dari gadis berjilbab untuk bermoral sesuai dengan jilbabnya.
Jadi, kesimpulannya, jilbab adalah wajib dikenakan tiap muslimah yang telah memasuki usia baligh, tanpa melihat apakah moralnya baik atau jelek. Dan moral adalah sesuatu yang dituntut dalam kehidupan sosial.
Maka, itu yang harus diketahui setiap muslimah terlebih dahulu. Adapun setelahnya jika dia tidak mengenakan, maka tentu saja berkonsekwensi dosa dan ada keharusan dari yang lain mengingatkannya untuk mengenakan, kalaupun tidak mau, yang menasehati bebas tugas. Dan tentu saja sebaliknya, jika dia mengenakan, maka pahala akan terus mengalir padanya selama jilbab itu bertengger di kepalanya, sebagai bentuk balasan atas ketaatan menjalankan perintah.
Soal jilbabnya lebar, kecil, bajunya ketat, longgar, itu bab menyendiri lagi yang berhubungan dengan tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang.
Tapi ingat, jangan punya pikiran “wah kalau gitu, aku urakan saja deh, kan dosaku pasti dikurangi pahala jilbab", Kalau yang jenis seperti ini, sudah tahu begini, justru dosanya berlipat sebab menyalah gunakan syariat.
Akhir catatan, semoga kita selalu diberi taufiq untuk kebaikan, dan menjalankan kewajiban agama kita sebaik-baiknya. Amin…
Sumber:
Awy’ A. Qolawun

BERJILBAB, TIDAK ADA HUBUNGAN DENGAN AKHLAK

Praktek Bioteknologi Makanan


Pembuatan keju juga dapat dilakukan dengan penambahan enzim - enzim penggumpal protein susu. Namun, dengan pemanfaatan mikroorganisme penggumpal protein susu, proses produksi pembuatan keju adalah seperti berikut ini.
1.  Mula-mula susu dipanaskan dalam panci email selama 30 menit pada suhu 65-70 °C(pasteurisasi susu)
2.      Setelah proses pasteurisasi dilakukan pendinginan sampai suhunya mencapai 38-40 °C(pendinginan dilakukan dalam wadah tertutup).
3.   Selanjutnya susu diinokulasi dengan starter (1 bungkus yakult isi 60 ml untuk 1 liter susu segar)
4.    Untuk mempercepat proses penggumpalan susu ditambahkan juga enzim penggumpal (10 ml untuk 1 liter susu segar). Cara pembuatan enzim penggumpal akan diuraikan selanjutnya, lalu diinkubasi pada suhu 35 - 40 °C selama 2-3 hari.
5.    Bagian yang menggumpal selanjutnya diiris kecil-kecil dengan pisau anti karat, supaya proses pemisahan padatan susu dari bagian yang cair cepat terjadi. Semakin kecil irisan semakin baik.
6.   Bila sudah terlihat cairan jernih kuning agak kehijauan (berarti proses pemisahan padatan dan cairan sudah terjadi secara sempurna) maka dilakukan penyaringan dengan saringan kain atau plastik. Saringan diremas-remas supaya bagian yang cair benar-benar hilang, lalu ditiriskan selama 1 jam.
7.    Padatan  yang  dihasilkan  tersebut   selanjutnya  ditimbang  dan  dihancurkan,   kedalamnya ditambahkan 5 % garam dan diaduk sampai rata.
8.     Campuran dimasukkan ke dalam alat pencetak lalu dipress. Pengepresan dilakukan dengan cara memberi beban di atas alat pengepres sampai tidak ada lagi cairan yang menetes.
9.     Gumpalan padat yang diperoleh dikeluarkan dari alat pengepres, gumpalan ini adalah keju.
10.    Keju selanjutnya dibungkus dengan parafin atau lilin. Cara membungkusnya adalah parafm atau lilin dicairkan dengan pemanasan, keju dicelupkan dalam parafin atau lilin cair panas berulang-ulang sampai terbungkus sempurna.
11.   Keju yang sudah dibungkus tersebut diperam selama 1-3 bulan pada suhu dingin (7-18°C)


  • 2 cup susu sapi
  • 10 sdt jus lemon (bisa juga menggunakan air jeruk nipis)
  • garam secukupnya
  • minyak secukupnya
  • lada secukupnya
  • margarin secukupnya
  • gula secukupnya


Cara membuat keju rumahan:
  • Tuang susu sapi cair ke dalam panci stainless bersama dengan lada, margarin, dan gula. Masak dengan api kecil
  • Aduk perlahan-lahan sampai susu mendidih. Jangan pernah berhenti mengaduk karena susu bisa menjadi gosong.
  • Setelah susu mendidih, matikan kompor dan diamkan sampai susu hangat
  • Tambahkan 10 sdt jus lemon ke dalam susu. diamkan sampai susu dingin.
  • Setelah diberi jus lemon, susu akan terpisah menjadi 2 bagian. Ada bagian yang padat dan ada bagian yang cair.
  • Aduk - aduk sampe kedua bagian tersebut tercampur kembali selama 5 - 10 menit.
  • Kemudain saring dengan menggunakan kain saring untuk memisahkan kepala susu (bagian yang padat) dengan whey (bagian yang cair). Bagian kepala susu yang akan menjadi keju
  • Tiriskan dan tekan bagian kepala susu yang tertinggal di dalam kain perasan untuk mengurangi menghilangkan cairan dan supaya tidak basah.
  • Buka kain perasan dan tambahkan sedikit garam jika mau
  • Campur keju dan garam, lalu tekan lagi untuk menghilangkan cairan yang tersisa.
  • Letakkan keju dalam cetakan atau hanya dibiarkan begitu saja sehingga berbentuk bola.
  • Diamkan sampai benar-benar dingin dan Keju siap dikonsumsi.